A. ALAT REPRODUKSI PRIA DAN PROSES PEMBENTUKAN SPERMA
Organ reproduksi pada pria dibedakan menjadi dua, yaitu alat reproduksi yang tampak dari luar dan alat reproduksi yang ada di bagian dalam tubuh dan tidak tampak dari luar. Alat reproduksi bagian luar yang dapat dilihat adalah penis dan buah zakar (skrotum). Alat-alat ini terdapat pada pangkal paha, lebih mudah dilihat daripada alat reproduksi wanita yang letaknya lebih tersembunyi.
Organ-organ reproduksi pria akan mulai berkembang pada masa anak laki-laki menginjak usia 9-15 tahun dan akan berhenti perkembangannya pada usia 20 tahun.
ALAT REPRODUKSI PRIA
Penis terdiri dari jaringan-jaringan otot, jaringan spons yang lembut, pembuluh-pembuluh darah dan jaringan syaraf. Penis berfungsi sebagai alat koitus (persetubuhan). Dalam penis terdapat saluran ejakulasi yang berperan menyemprotkan semen hingga masuk ke dalam urethra dan disalurkan ke luar. Saluran uretra juga berfungsi menyalurkan urine dan dikeluarkan melalui lubang kecil di ujung penis. Pada saat ejakulasi, otot yang berada pada tempat keluarnya urine menutup sehingga urine tidak keluar bersama semen.
Skrotum merupakan kulit luar pembungkus sepasang testis. Skrotum berfungsi menjaga temperature testis saat pembentukan sperma. Apabila temperatur terlalu tinggi, skrotum akan mengendor dan apabila temperatur menurun, skrotum mengerut.
Di dalam testis terdapat saluran halus yang merupakan tempat pembentukan sperma yang disebut tubulus seminiferus. Pada tubulus seminiferus dindingnya tersusun dari jaringan epithelium dan jaringan ikat. Pada jaringan epithelium terdapat sel induk spermatozoa yaitu calon sperma dan sel sertoli yang berfungsi memberi makan sperma serta sel leydig (interstisiil) yang berfungsi mengahsilkan hormon testosterone dan hormone kelamin jantan lainnya.
Apabila diamati secara belahan melintang, testis akan tampak bersekat-sekat dan ruang di antara sekat disebut lobulus. Setiap lobulus berisis kumpulan tubulus seminiferus yang berbelit-belit. Belitan lobulus seminiferus ini apabila direntangkan panjangya mencapai 1 km. seluruh tubulus seminiferus menyatu membentuk vasa efferensia. Dari vasa efferensia muncul tubulus yang memanjang hingga 6 meter disebut epididimis. Epididimis sebagai tempat penyimpanan sperma hingga periode 18 jam. Dari epididimis sperma menuju veikula seminalis melalui vas deferens. Arah vas deferens ini ke atas dan kemudian melingkar dan salah satu ujungnya berakhir pada kelenjar prostate. Di belakang kandung kemih, saluran ini bersatu membentuk duktus ejakulatorius pendek dan berakhir di uretra. Uretra merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi dan terdapat dalam penis. Saluran ini berfungsi sebagai alat pengeluaran urine dan sebagai saluran kelamin (yaitu saluran semen dari kantong mani). Duktus ejakulatorius juga berhubungan dengan kelenjar prostate yang menghasilkan cairan encer seperti susu dan bersifat alkalis sehingga menyeimbangkan keasaman residu urine di uretra. Cairan ini langsung bermuara ke uretra.
PROSES PEMBENTUKAN SPERMA
Proses pembentukan sperma berlangsung di dalam testis. Proses ini disebut spermatogenesis. Spermatogenesis dimulai dari pembelahan mitosis sel-sel induk sperma (spermatogonium) beberapa kali hingga dihasilkan lebih banyak spermatogonium. Setengah dari sel-sel spermatogonium tersebut terus melanjutkan pembelahan mitosis, sedangkan setengah yang lain membesar menjadi spermatosit primer. Karena pembentukan spermatosit primer melalui pembelahan mitosis, maka hasilnya memiliki kromosom diploid (2n) sama dengan spermatogoniumnya. Spermatosit primer berikutnya membelah secara meiosis (tahap I) menghasilkan spermotosit sekunder, dengan kondisi kromosom haploid (n). spermatosit sekunder melanjutkan pembelahan meiosis (tahap II) menghasilkan dua sel yang juga haploid, yang disebut spermatid, sehingga diperoleh 4 spermatid. Sel-sel spermatid akan mengalami diferensiasi (perubahan bentuk) menjadi sel spermatozoa atau sperma. Perubahan ini meliputi pembentukan kepala, badan (bagian tengah), dan ekor (flagella).
Jika peristiwa pembentukan sperma ini telah selesai maka protein pengikat androgen tidak diperlukan, sehingga sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberikan umpan balik supaya hipofisis menghentikan produksi FSH dan LH. Spermatozoa yang telah terbentuk akan dapat sampai ke uretra (saluran keluar dari penis) jika dibantu oleh cairan yang dihasilkan oleh vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar Cowper (glandula bulbouretralis). Cairan yang dihasilakan vesikula seminalis berfungsi membantu spermatozoa agar mudah bergerak, memberi nutrisi, dan menormalkan keasaman pH saluran reproduksi wanita pada saat kopulasi. Spermatozoa bersama cairan tersebut atau dengan istilah semen atau air mani. Saat kopulasi (hubungan intim), seorang laki-laki dapat mengeluarkan 350-360 juta sel sperma di dalam 3 mL air mani. Sperma yang telah matang mempunyai tiga bagian antara lain :
Bagian kepala; mengandung inti sel (nukleus) yang haploid dan bagian ujungnya mengandung akrosom yang berisi enzim hialuronidase dan proteinase yang berperan membantu menembus lapisan yang melindungi lapisan sel telur.
Bagian tengah; terdapat mitokondria tempat berlangsungnya oksidasi sel untuk membentuk energi sehingga sperma dapat bergerak aktif
Bagian ekor; sebagai alat gerak sperma agar mencapai ovum.
Produksi sperma dipengaruhi oleh hormon FSH (Follicle Stimulating Hormon) dan LH (Luteinizing Hormon). Namun, produksi sperma bersamaan dengan produksi hormon testosteron. Hormon inilah yang mengendalikan produksi FSH dan LH
Kelenjar Endokrin dan Hormon-Hormon yang Dihasilkan | Jaringan yang Dituju | Fungsi |
Hipotalamus v Hormon gonadotropin Hipofisis anterior v FSH v LH v Hormon Tumbuh Testis v Testosteron | Hipofisis anterior Testis Testis Testis Seluruh Tubuh | Merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone), LH (Luteinizing Hormone), dan hormon tumbuh (Growth Hormone) Merangsang sel-sel Sertoli pada tubulus seminiferus pada testis untuk mengubah sel-sel spermatid menjadi sperma ( proses spermotogonesis) Merangsang sel-sel Leydig (sel-sel iterstisiil) untuk menghasilkan testosteron Memicu agar memulai pembelahan spermatogonia ü Pada janin merangsang perkembangan organ seks primer ü Masa pubertas mempengaruhi pertumuhan alat reproduksi dan ciri-ciri kelamin sekunder (suara, kejantanan, pertumbuhan rambut, dan kemaangan seksual) ü Dewasa berperan dalam memelihara ciri-ciri kelamin sekunder dan mendorong terjadinya spermatogenesis |
B. ALAT REPRODUKSI WANITA DAN PROSES PEMBENTUKAN OVUM
ALAT REPRODUKSI WANITA
Alat reproduksi wanita bagian luar disebut labia mayora (vulva) yang merupakan bibir luar vagina yang berukuran besar tampak tebal berlapis lemak. Pertemuan antara kedua labia mayora dibagian atas disebut mons veneris. Selanjutnya ada klitoris (kelentit), lubang saluran kencing, lubang saluran vagina, selaput dara (himen) dan kelenjar Bartholini.
Alat kelamin wanita bagian dalam terdiri atas ovarium (indung telur), oviduk (tuba fallopi), uterus (rahim), dan vagina. Ovarium berjumlah sepasang terletak dirongga perut kanan dan kiri. Di dalam ovarium terdapat folikel-folikel. Tiap folikel terdapat satu sel telur. Folikel ini berfungsi menyediakan nutrisi dan melindungi perkembangan sel telur. Oviduk merupakan saluran yang menghubungkan ovarium dengan rahim (uterus). Saluran ini berjumlah sepasang. Ujungnya berbentuk corong berjumbai-jumbai (frimbiae) yang berfungsi menangkap ovum. Setelah ovum ditangkap oleh fimbriae, kemudian diangkut oleh tuba fallopi (bagian oviduk yang menyempit) dengan gerak peristaltik sepanjang dinding tuba yang bersilia menuju uterus. Uterus merupakan ruangan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Uterus hanya satu ruang (simpleks) dan berotot tebal. Pada wanita yang belum pernah melahirkan, ukuran uterus biasanya memiliki panjang 7 cm dan lebar 4-5 cm. Uterus bagian bawah menyempit disebut serviks uteri, sedangkan bagian tengah yang berukuran lebar disebut corpus uteri (badan rahim).
Uterus tersusun atas tiga lapisan, yaitu perimetrium, miometrium, dan endometrium. Endometrium menghasilakan banyak lendir dan mengandung banyak pembuluh darah. Lapisan inilah yang mengalami penebalan dan akan mengelupas setiap bulannya apabila tidak ada implantasi zigot di dalam uterus.
Vagina adalah sebuah tabung berlapiskan otot yang membujur ke arah belakang dan atas. Dinding vagina lebih tipis dari dinding uterus dan lebih banyak terdapat lipatan-lipatan. Keadaan ini untuk mempermudah jalannya kelahiran bayi. Di dalam vagina terdapat lendir yang dihasilkan oleh dinding vagina dan kelenjar bartholini.
PROSES PEMBENTUKAN OVUM
Proses pembentukan ovum disebut oogenesis. Proses ini terjadi di dalam ovarium. Sejak masa embrio hingga dewasa, oogonia (sel induk telur) di dalam ovarium mengalami perkembangan. Oogonium pada masa embrio ini memperbanyak diri secara mitosis membentuk oosit primer. Saat embrio berusia 6 bulan, oosit primer mengalami meiosis I dan berhenti pada fase profase. Kemudian oosit primer ini berhenti membelah hingga masa pubertas.
Saat wanita mengalami pubertas, hipofisis akan menghasilkan FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan oosit primer melanjutkan meiosis I. Pembelahan meiosis ini menghasilkan dua sel yang ukurannya tidak sama. Sel yang berukuran besar disebut oosit sekunder dan yang kecil disebut badan polar pertama. Oosit sekunder dikelilingi oleh folikel. Folikel-folikel ini di bawah pengaruh FSH membelah berkali-kali dan membentuk folikel Graaf (folikel yang sudah masak) yang diantaranya mempunyai rongga. Sel-sel folikel kemudian memproduksi estrogen yang merangsang hipofisis untuk menyekresi LH (Luteinizing Hormone). LH berfungsi mendorong terjadinya ovulasi. Saat menjelang ovulasi ini, meiosis I selesai. Oosit sekunder dan badan polar pertama melanjutkan pembelahan dengan melakukan meiosis II dan berhenti pada metafase II. Kemudian oosit sekunder dilepas dari ovarium dan ditangkap oleh fimbriae dan dibawa ke oviduk. Pelepasan oosit sekunder di ovarium dikenal dengan istilah ovulsi. Ovulasi terjadi karena adanya pacuan LH. LH membuat sel-sel folikel berkembang menjadi korpus luteum. Korpu s luteum memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Hormon progesteron akan menghambat LH yang akan menghambat LH yang memungkinkan bertahannya korpus luteum. Jadi, pada saat ovulasi yang dilepas bukan ovum tetapi oosit sekunder pada tahap metafase II.
Jika terjadi pembuahan oleh spermatozoa, oozit sekunder dan badan polar pertama akan melanjutkan tahapan meiosis II. Pembelahan oosit sekunder menghasilkan 1 ootid dan 1 badan polar kedua, sedangkan badan polar pertama akan menghasilkan dua badan polar kedua. Saat akan terjadi pembuahan, ootid berdiferensiasi membentuk ovum, dan tiga badan polar yang menempel pada ovum akan mengalami degenerasi. Sel telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi akan menuju uterus. Sementara itu, hormon progesteron dihasilakan dan akan mempengaruhi penebalan dinding uterus sehingga siap terjadi implantasi. Jika sel telur tidak dibuahi, maka barsama jaringan yang terbentuk pada dinding uterus akan luruh dan dikeluarkan sebagai menstruasi (haid).
PUBERTAS DAN MENSTRUASI PADA WANITA
Terjadinya menstruasi pertama menandakan seorang wanita mengalami pubertas. Pubertas selain ditandai dengan menstruasi juga ditandai dengan aktifnya hormon seksual pada wanita. Hormon inilah yang memacu perubahan fisik pada wanita dan terjadi menstruasi. Perubahan fisik tersebut diantaranya tumbuhnya payudara, pinggul mulai melebar dan membesar, serta tumbuh rambut di ketiak dan kemaluan. Selain fisik, pubertas juga mempengaruhi psikologis wanita. Secara psikologis seorang wanita yang sudah masuk masa pubertas akan menunjukan sifat feminim, diantaranya senang berdandan, cenderung mengedepankan perasaan, sehingga perasaannya mudah tersentuh.
Pada wanita terdapat siklus menstruasi. Siklus ini berkaitan dengan pembentukan sel telur dan pembentukan endometrium. Siklus menstruasi pada umumnya berlangsung selama 28 hari, namun ada juga yang berlangsung 21 hari bahkan 30 hari. Perbedaan siklus ini dipengaruhi oeh hormon-hormon reproduksi. Siklus menstruasi pada wanita terdiri atas empat fase sebagai berikut :
Fase Menstruasi (1-5 hari)
Menurunnya progesteron dan estrogen menyebabkan pembuluh darah pada endometrium menegang, sehingga menyebabkan suplai oksigen menurun. Karena tidak terjadi kehamilan maka endometrium mengalami degenerasi yang ditandai dengan luruhnya sel-sel pada dinding uterus, pecahnya pembuluh darah pada endometrium, sehingga darah dan sel-sel tersebut keluar melalui vagina. Peristiwa ini disebut menstruasi. Menstruasi berlangsung antara 5-7 hari.
Fase Folikuler (6-10 hari)
Terjadi proses penyembuhan akibat pecahnya pembuluh darah. Fase ini dipengaruhi oleh hormon estrogen yang dihasilkan oleh folikel. Hormon ini merangsang pertumbuhan endometrium yaitu dengan mempertebal lapisan endometrium dan membentuk pembuluh darah serta kelenjar.
Fase Fertil (11-18 hari)
Meningkatnya hormon estrogen dapat memacu dihasilkannya LH. Apabila LH meningkat, maka folikel memproduksi progesteron. Hormon-hormon ini berperan mematangkan folikel dan merangsang terjadinya ovulasi yaitu lepasnya ovum dari ovarium. Ovum ini bergerak sepanjang tuba fallopi. Pada saat seperti ini, menunjukan wanita tersebut dalam masa fertil atau subur sehingga ovum siap dibuahi.
Fase Luteal (19-28 hari)
Pada saat ovulasi folikel Graaf pecah berubah menjadi korpus rubrum yang mengandung banyak darah. Adanya LH menyebabkan korpus rubrum berubah menjadi korpus luteum (badan kuning) untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi mempersiapkan endometrium menerima embrio. Pada saat ini endometrium menjadi tebal dan lembut, serta dilengkapi banyak pembuluh darah. Jika tidak ada kehamilan, korpus luteum berdegenerasi menjadi korpus albikans sehingga progesteron dan estrogen menurun bahkan sampai hilang.
No comments:
Post a Comment